-->

Kamis, 04 Agustus 2011

Masa Depan Infrastruktur Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia



Diantara hingar bingar pertandingan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan dengan kejutan-kejutan yang muncul, hebohnya pemberitaan munculnya video “tidak layak publik” yang melibatkan publik figur, dan berita nasional yang masih seputaran korupsi, politik, etc ada satu isu yang menarik di dunia teknologi informasi dan komunikasi Indonesia, yaitu tentang infrastruktur layanan broadband masa depan atau bahasa kerennya Next Generation Infrastruktur (Broadband)
Beberapa minggu lalu PT Telkom dan BTEL meskipun belum secara terbuka dan resmi mengumumkan, ada rencana untuk melakukan konsolidasi bisnis mereka masing-masing yaitu Flexi dan Esia untuk menjadi kekuatan baru di industri telekomunikasi. Flexi dengan customer body mungkin diatas 20 juta dan Esia yang sudah mencapai pasar 11 juta pengguna tentu adalah basis modal customer yang luar biasa. Yang menariknya publik masih belum tahu bentuk dan kedepannya seperti apa sinergi ini, karena masing-masing CEO masih “merahasiakan”. Dalam dunia bisnis terutama telekomunikasi memang wajar praktek konsolidasi ini, dilandasi dengan basis infrastruktur yang sama misalnya bermain di area CDMA, dan layanan suara dan data.

Minggu terakhir kita kemudian mendapatkan berita yang tidak kalah seru yaitu BTEL menginvestasikan 100 Juta Dollar untuk membentuk BConnectivity yang akan bermain khusus penyedia layanan broadband berbasis EVDO yang saat ini didominasi oleh SMART. Langkah yang berani dan strategis apalagi dengan ancaman krisis keuangan Eropa saat ini.

Sementara itu operator-operator lain kita bisa mencermati saat ini lebih banyak memasang strategi bagaimana me-maintain pasar yang sudah mereka bentuk dan peroleh masing-masing. Pergerakan dan strategi para operator ini bagi pemerintah mungkin menguntungkan karena akan terbantu penyediaan infrastruktur yang common untuk penetrasi ICT di Indonesia, dengan kata lain Pemerintah tidak perlu berinvestasi besar-besaran untuk membangun dari awal.

Terkait dengan infrastruktur masa depan untuk TIK di Indonesia, mari kita telaah dan coba analisa akan seperti apa. Indonesia memang unik, dari pengamatan seperti di Malaysia, Singapore, Thailand, New Zealand dan Australia, Pemerintah masing-masing negara memiliki roadmap yang luar biasa untuk men-direct arah ke depan infrastruktur TIK nya. Malaysia contohnya tahun ini sudah mendeklarasikan satu tema Jalur Lebar Nasional yang memang akhirnya diselenggarakan oleh TM Malaysia. tetapi yang menarik mau tidak mau operator swasta pun mengikuti guidelines ini.

Pemerintah Indonesia pasti juga sudah punya yang namanya guidelines atau master plan infrastruktur kedepan, seperti tersignal dari berita dari salah seorang menteri misalnya untuk implementasi LTE kita paling tidak baru siap 2012 atau 2013, bahkan ada yang menyebut 3G di Indonesia pun belum maksimal dan sebaginya.

Masa depan Infrastruktur TIK Indonesia paling tidak akan dipengaruhi beberapa faktor, misalnya:

1. Government Guidelines and Monitoring

Peran Kementrian Kominfo yang menyediakan master plan kedepan harus dibuat secara rieal dan mengadopsi teknologi terkini. lompatan-lompatan untuk sedikit “memaksa” provider menyediakan teknologi terbaru harus ada, meskipun biaya mahal di tahun 2010 tetapi kalau ditunda 2 tahun lagi value of money nya akan semakin tinggi. belajar dari pengalaman, Indonesia terlalu sering terlambat dalam pengadopsian, akbiatnya industri infrastruktur, content creative, dan lainnya yang menjadi komoditi di infrastruktur berkembangpun tidak kalaupun iya akan sangat lambat.

Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) memegang peran penting bukan hanya untuk mengatur tentang terjadi kartel atau tidak, tetapi juga ambil peran strategis untuk memastikan agenda Pemerintak terpenuhi on schedulle.

2. Peran Operator

Operator-operator Indonesia dalam analisa saya sudah profesional, dimana lahan tersebut menguntungkan atau gemuk maka akan digarap dengan serta merta. Kasus diatas TELKOM, BTEL, BConnectivity adalah contoh nyata investasi yang masih luar biasa pangsa pasar dan potential incomenya. Layanan-layanan yang advanced bisa degan mudah di generate dengan model konsolidasi seperti ini. Yang menjadi tantangan adalah operator harus ambil inisiatif menggunakan dan mempropose pemanfaatan infrastruktur terkini bagi implementasi bisnis mereka.

Yang menjadi PR besar implementasi Wimax yang saat ini tampak tidak ada tindaklanjut dan belum selesai kita sudah dikenalkan dengan infrastruktur lain yang lebih luar biasa potensinya, LTE. Bukan menganggap layanan GPRS, 3G, EVDO, CDMA obsolote tetapi jumping teknologi ini kita perlukan untuk menempatkan Indonesia dalam infrastruktur masa depan dunia.

3. Teknologi

Ya, teknologi di infrastruktur layanan broadband akan semakin mengila menurut analisa saya. Saat ini bukan hanya LTE, Wimax, etc, tetapi bagaimana teknologi yang sudah existing ini akan disinergikan dengan teknologi lain seperti Cloud Technology, share service industry, dan personalise technology. Sinergi antar operator untuk menciptakan full coverage area, kerjasama roaming antar operator sehingga tidak ada lagi blank spot di Indonesia, operator dengan pemerintah untuk menyediakan layanan dan respon dari pemerintah yang cepat, operator dengan industri terlebih bagi industri yang membutuhkan layanan real time dan multi site seperti perbankan, ecommerce, etc akan menjadi driving force bagi operator untuk berani mengimplementasikan teknologi terkini.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More